UKMK Kerohanian Alfurqon UPI

Selasa, 02 September 2008

CERITA CINTA

Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak: ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik. Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau tersebut.

Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki Cinta. Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu. "Kekayaan! Kekayaan! tolong aku!" teriak Cinta. "Aduh! maaf, Cinta!" kata Kekayaan, "perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini".

Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya. "Kegembiraan! tolong aku!", teriak Cinta. Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.

Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang dan Cinta semakin panik. Tak lama lewatlah Kecantikan. "Kecantikan! bawalah aku bersamamu!", teriak Cinta. "Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini". sahut Kecantikan. Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah Kesedihan. "Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu," kata Cinta. "Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja…" kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya.
Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "Cinta! mari cepat naik ke perahuku!" Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi.

Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu. "Oh, orang tua tadi? dia adalah Waktu", kata orang itu. "Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku" tanya Cinta heran. "Sebab" kata orang itu, "hanya Waktu lah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu…"

NB : Dapet dari email :D

Kamis, 28 Agustus 2008

MENYADARI ARTI SEBUAH SENYUMAN

1. Senyum itu ibadah

2. Anda terlihat lebih manis

3. Anda bisa mendapatkan senyum lagi.

4. Menunjukan keramahan Anda

5. Bisa mendapatkan teman baru

6. Memberikan kesan yang positif

7. Menjadikan Anda lebih ceria

8. Menjadikan Anda lebih percaya diri

9. Meringankan beban Anda

10.Mengaktifkan senyawa kimia yang membuat Anda lebih sehat. ...

SEBUAH REFLEKSI KEHIDUPAN

SEBELUM KITA MENGELUH………..

1. Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik, pikirkan tentang seseorang yang tidakdapat berbicara sama sekali.

2. Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu, pikirkan tentang seseorang yang tidakpunya apapun untuk dimakan.

3. Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa, pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.

4. Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk, pikirkan tentang seseorang yang berada padatingkat yang terburuk di dalam hidupnya.

5. Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istrimu, pikirkan tentang seseorang yang memohonkepada Allah untuk diberikan teman hidup.

6. Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu, pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalucepat.

7. Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu, pikirkan tentang seseorang yang sangat inginmempunyai anak tetapi dirinya mandul.

8. Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakantugasnya, pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan.

9. Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir, pikirkan tentang seseorang yangmenempuh jarak yang sama dengan berjalan.

10. Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu, pikirkan tentang pengangguran,orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.

11. Sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.

Sabtu, 16 Agustus 2008

berdakwah dengan bahasa hati


Terkadang kita terjebak pada keangkuhan intelektual kita dalam menyampaikan dakwah ini. Seolah-olah obyek dakwah yang kita dakwahi akan terpesona dan mengikuti dakwah ini berdasar ribuan argumentasi yg kita kemukakan. Padahal sejatinya dakwah ini adalah menyentuh hati, karena di hati inilah nanti hidayah Allah akan dicurahkan sehingga dia akan turut serta bersama lingkaran dakwah ini. Oleh sebab itu Allah me"ralat" do’a nabi Ibrahim dalam surat Al Baqarah yg mengedepankan tu’alimunal kitab dari pada tuzakkihim, Allah meluruskan dalam surat Al-Jumu’ah dengan terlebih dahulu mengedepankan Tuzakkihim baru tu’alimunal kitab. Dari sini kita bisa ambil hikmahnya betapa sentuhan hati itu lebih utama dari pada transfer pengetahuan, sebab kalo hati masih tertutup maka pengetahuan dan argumentasi sehebat apapun jadi nihil atau bahkan jadi bumerang yg membuat mereka semakin jauh. Alih-alih dia ingin dekat dengan kita malah dia semakin jauh karena sikap kita.

Ikhwani fillah, kadang yang terlihat secara kasat mata, dia berseberangan secara pemikiran bahkan ideologi dengan kita, namun dengan mata hati kita bisa melihat betapa dekatnya kita dengan obyek dakwah kita. Tak ada bahasa apapun di dunia ini yang bisa mengalahkan bahasa kasih sayang dan cinta kasih. Hati mana yg tidak luluh oleh ketulusan cinta dan kasih sayang yg kita siramkan di hati obyek dakwah kita setiap hari. Meskipun awalnya dia begitu membenci dan memusuhi kita, tidak mustahil batu yg begitu keras akan lunak juga oleh tetesan air setiap hari. Mungkin masih segar di ingatan kita tentang sirah Rasul yg dengan bahasa kasihnya menyebabkan seorang kafir Quraisy yg tiap hari melempari kotoran ke tubuh beliau akhirnya masuk Islam, hanya karena rasulullah menjenguk dia tatkala sakit. Itulah bahasa kasih, yg tak perlu logika dan argumentasi, yg tak butuh ribuan dalil dan ratusan hujjah. Demikianlah kekuatan hati, kekuatan yg bisa menembus relung yg tak bisa dijangkau kekuatan manapun di dunia ini dengan izin Allah SWT. Asy-Syahid Sayyid Qutb telah menunjukkan bukti tentang kekuatan ini, sebelum beliau syahid di tiang gantungan, beliau sempatkan berdakwah lewat hati dengan sebuah senyuman pada sang Jagal. Yang akhirnya sang Jagal menerima dakwah ini hanya karena begitu sulit melupakan senyuman manis dari sang Syahid Sayyid Qutb. Senyuman yg berasal dari hati yg paling dalam yg berhulu pada mata air cinta kasih kepada sesama insan yang ditaburi oleh nur Ilahi sehingga akhirnya mampu bermuara pada hati yg kering dan tandus yg butuh air kasih dan hujan nur Ilahi.

Ikhwani fillah, masing-masing kita punya hati, yg dibekali Allah untuk menemukan hati-hati lain yang menunggu siraman kasih dan curahan cinta Ilahi dari hati kita. Maka marilah kita berikan hati kita untuk kita curahkan cinta kita, perhatian kita, kasih sayang kita pada mereka obyek dakwah kita, sehingga kita seperti gambaran Allah dalam surat Ibrahim ayat 14:" …Seperti pohon yg akarnya menghujam ke bumi dan cabangnya menjulang ke langit, yang memberi buah bagi orang yg lewat disekitarnya, dan menyenangkan bagi orang yg memandang dan berteduh dibawahnya……"
Wallahu’alam bisshowab
Apa yang menjadi rahasia kesuksesan tarbiyah?

Yang pertama dan paling utama, adalah istiqamah.
Yang menghiasi jiwa para murobbi dan mad’u atau mutarobbi dalam melewati putaran roda da’wah adalah istiqamah dalam hidayah, istiqamah dalam keikhlasan, istiqamah dalam kesabaran. Inilah hal terberat bagi setiap da’i dan bahkan nabi. Ayat yang membuat nabiyullah Muhammad SAW beruban rambutnya, adalah perintah untuk istiqamah. "Maka istiqamahlah (kamu) sebagaimana yang Aku perintahkan…" (Qs. Hud: 112).

Dan inti dari istiqamah adalah kesabaran. "Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabb-Nya di pagi dan senja hari, dengan mengharap keridhaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan jangan-lah kamu mengikuti orang yang hatinya felah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (Qs. Al-Kahfi: 28).
Dalam perjalanan panjang da’wah dan tarbiyah ini, istiqamah dibangun melalui tarbiyah imaniyah yang terus-menerus, baik secara jama’i (bersama) maupun dzati (mandiri). Liqo tarbawi sangat dipenuhi dengan suasana ruhiyah dan peribadahan, dan berbagai aktifitas jama’i untuk peningkatan sensitivitas ruhiyyah dan tazkiyatun-nafs (pembersihan jiwa) dilakukan secara periodik dan konsisten. Kemudian, ditopang oleh suasana saling menasehati dalam kebenaran, dalam kesabaran dan dalam kasih-sayang.

Rahasia sukses kedua adalah disiplin dalam tanggung-jawab (indibath bil-mas’uliyah).
Pada masa-masa lalu kita akan menemukan seorang mutarobbi yang sangat menyesal dan memiliki rasa bersalah yang dalam, ketika datang terlambat ke liqo. Atau ketika ia udzur (berhalangan), esok harinya ia sibuk mendatangi saudaranya yang lain hanya untuk menyalin materi yang diberikan. Juga begitu banyak para Murabbi yang meninggalkan berbagai urusan pribadi dan keluarganya, karena ia harus mengisi liqo yang secara rutin dilakukan.

"Katakanlah: jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." (Qs. At-Taubah: 24).

Membolos bagi seorang murabbi, sepertinya melemparkan sebuah amanah sebesar gunung Uhud.
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul, dan janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." (Qs. Al-Anfal: 27).

Bila kita menemukan ada Mutarabbi yang punya ongkos pas-pasan untuk hadir dalam liqo atau halaqah, tidak sedikit kita temukan, Murabbi yang harus pulang berjalan kaki – karena tidak tersisa lagi uang satu sen pun. Bukan karena para Mutarabbi tidak membantu, tetapi bahkan sang Murabbi tidak pernah menampilkan wajah dirinya sedang mengalami kesulitan di hadapan para mutarabbinya.

"… orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena (mereka) memelihara diri dari meminta-minta…" (Qs. Al-Baqarah: 272).

Tanggungjawab yang berangkat dari kesadaran akan amanah da’wah ini, menjadi tradisi yang diwariskan para Murabbi kepada mutarabbinya. Nyatanya, semakin mereka disiplin pada tanggung-jawab da’wah dan tarbiyah, semakin Allah memudahkan semua urusan mereka. Dan bahkan, seringkali Allah menganugerahkan jalan keluar yang tidak disangka-sangka atas berbagai kesulitan yang dihadapi.

"Dan bersabarlah, karena Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang orang yang berbuat kebaikan." (Qs. Huud: 115).

Rahasia ketiga, adalah kemenyeluruhan dalam peran tarbiyah (at-takamuliyah fi daur at-tarbawi).
Seorang Murabbi atau Murabbiyah – ketika mentarbiyah mutarabbinya – tidak hanya memerankan diri sebagai seorang guru (muwajjih) yang menyampaikan ilmu-ilmu Islam. Tetapi pada saat bersamaan, ia menjadi seorang syaikh/ustadz dalam memelihara dan meningkatkan ruhiyah dan ma’nawiyah mutarabbi-nya. Ketika menghadapi masalah-masalah yang dialami sang mutarabbi, ia menjadi bapak atau ibu (walid) bagi mutarabbi-nya. Dengan penuh kasih-sayang dan kesabaran, ia membimbing sang anak untuk mampu menyelesaikan persoalan-persoalannya. Memuji keberhasilannya dan memotivasi untuk bangkit dari kegagalannya. Ketika berada di medan da’wah dan amal jama’i, ia berperan sebagai pemimpin yang ikhlas, bijak dan juga tegas. Ia tahu kapan harus berdiskusi dan kapan harus instruksi. Ia buka ruang partisipasi dan syura (musyawarah) untuk menghasilkan yang terbaik. Ia senantiasa mengambil keputusan setelah memohon taufiq dan hidayah dari Allah Swt. Dan ketika ia sedang rihlah (jalan-jalan/tamasya) atau dalam suasana santai dengan para mutarabbi-nya, ia menjadi teman bicara dan bermain yang mengasyikkan.

Kemenyeluruhan peran-peran tarbiyah inilah yang telah menghasilkan kader-kader terbaik dari kalangan sahabat-sahabat Rasul Saw (as-sabiqunal awalun) dan juga generasi berikutnya. Dengan ini, setiap mad’u atau Mutarabbi merasa nyaman dalam rumah tarbiyah mereka, memiliki semangat penerimaan (ruhul-istijabah) yang kuat terhadap segala arahan dan bimbingan dari sang Murabbi tercinta. Sehingga, sebentar saja ada di rumah tarbiyah, mereka mengalami perubahan kepribadian yang cepat (qabil lit-taghyir) dan selanjutnya mereka keluar dari rumah tarbiyah sebagai penyeru perubahan ke arah kebaikan.

Demikianlah, liqo/halaqoh tarbiyah menjadi sarana efektif untuk membangkitkan kesadaran umat dan membalikkan orientasi hidup mereka. Halaqah ammah (umum) dan halaqah khashshah (khusus/liqo) menghiasi malam-malam dan siang, di mana ribuan spidol whiteboard menuliskan kalimat-kalimat Islam setiap harinya. Sebuah irama yang terus bergema tak pernah henti.
Persis ungkapan nabi Nuh as: "Ya Rabbi, sesungguhnya aku telah menda’wahi kaumku malam dan siang." (Qs. Nuh: 5).

Saat-saat liqo tarbawi merupakan yang paling dirindukan. Rasa haus akan ilmu, kerinduan bertemu sesama ikhwan atau akhwat, berbagi masalah dan pengalaman dengan sang Murabbi atau murabbiyah, dan pulang kembali ke rumah dengan dada yang penuh dengan keindahan iman dan kesempurnaan tawakal kepada Allah Swt.

Enam hari berikutnya, adalah hari-hari da’wah dan tarbiyah. Sang Mutarabbi pada sisa enam hari berikutnya menjelma sebagai Murabbi dan da’i bagi umat. Ilmu dan pemahaman yang didapatkan dalam liqo tarbawi kemarin, telah menjadi terna berbagai liqa’at tarbawi pada keesokan harinya. Merekalah sosok-sosok Rabbaniyyun. "Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani. Karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya." (Qs. Ali Imran: 79).

Tidak ada keraguan sedikit pun untuk menyampaikan ilmu Islam kepada mad’u (obyek da’wah). Meski usia mereka muda, bukan lulusan pesantren dan sebagian besar belum menguasai bahasa Arab, namun ada "izzah" (keyakinan dan kebanggaan) akan fikrah Islam yang mereka miliki. Ada "hamasah" (semangat menggelora) untuk mengamalkan Islam dan menyerukannya kepada orang lain. Dan ada "ghirah" (kecemburuan dan semangat pembelaan) terhadap Islam yang diabaikan oleh ummat-nya sendiri. Inilah tiga unsur yang menghiasi militansi tarbiyah dan da’wah mereka pada tingkat individu. Izzah, hamasah dan ghirah Islamiyah. Ketiga hal ini tidak lahir kecuali dari mata air keimanan yang jernih, lautan pemahaman yang luas dan gelombang keikhlasan yang tidak pernah surut. Militansi individu semakin diperkokoh dengan semangat keterikatan (ruhul-irtibath) antar anggota dalam sebuah halaqah, semangat persaudaraan (ruhul-ukhuwah) yang terpancar dari cahaya wajah-wajah yang mudah saling mengenali, walaupun belum pernah berjumpa sebelumnya. Serta semangat kerjasama (ruhul amal-jama’i) untuk menopang berbagai tanggungjawab dan beban da’wah melalui semangat saling memberi dan berkorban. Semua ini menjadikan himpunan mereka sebagai bangunan yang kokoh dan saling menopang (al-bunyan al-marshush). Firman Allah: "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur rapi, seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh". (Qs. As-Shaf: 4).
Wallahu’alam bishowab

dari buku ‘Tarbiyah Menjawab Tantangan’

"Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya. Di dalam ucapanku cahaya. Jadikanlah pada pendengaranku cahaya. Jadikanlah pada penglihatanku cahaya. Jadikanlah dari belakangku cahaya dan dari depanku cahaya. Jadikanlah dari atasku cahaya dan dari bawahku cahaya. Ya Allah berikanlah kepadaku cahaya, dan jadikanlah aku cahaya." (HR. Muslim dun Abu Dawud)

Cahaya itu yang akan menerangi jiwa. Jiwa yang bercahaya pasti akan merasakan kebahagiaan dan ketenangan. Itulah inti kehidupan yang sering dilupakan manusia. Mungkin oleh kita juga. Kita banyak yang mencari-cari suplai kebahagiaan dari sumber yang tidak memiliki kebahagiaan yang memberi ketenangan. Kita sering menggantungkan kebahagiaan dari keadaan dan kondisi yang sebenarnya tidak menyusupkan kebahagiaan yang menentramkan hati.
suatu pengggal cerita menyentuh hati ...

Kulitnya hitam. Wajahnya jelek. Usianya tua. Waktu pertama kali masuk ke rumah wanita itu, hampir saja ia percaya kalau ia berada di rumah hantu. Lelaki kaya dan tampan itu sejenak ragu kembali. Sanggupkah ia menjalani keputusannya? Tapi ia segera kembali pada tekatnya. Ia sudah memutuskan untuk menikahi dan mencintai perempuan itu. Apapun resikonya.
Suatu saat perempuan itu berkata padanya, "Ini emas-emasku yang sudah lama kutabung, pakailah ini untuk mencari wanita idamanmu, aku hanya membutuhkan status bahwa aku pernah menikah dan menjadi seorang istri." Tapi lelaki itu malah menjawab, "Aku sudah memutuskan untuk mencintaimu. Aku takkan menikah lagi."

Semua orang terheran-heran. Keluarga itu tetap utuh sepanjang hidup mereka. Bahkan mereka kemudian dikaruniai anak-anak dengan kecantikan dan ketampanan yang luar biasa. Bertahun-tahun kemudian orang-orang menanyakan rahasia ini kepadanya. Lelaki itu menjawab enteng, "Aku memutuskan untuk mencintainya. Aku berusaha melakukan yang terbaik. Tapi perempuan itu melakukan semua kebaikan yang bisa ia lakukan untukku. Sampai aku bahkan tak pernah merasakan kulit hitam dan wajah jeleknya dalam kesadaranku. Yang kurasakan adalah kenyamanan jiwa yang melupakan aku pada fisik."

Begitulah cinta ketika ia terurai jadi laku. Ukuran integritas cinta adalah ketika ia bersemi dalam hati…terkembang dalam kata….terurai dalam laku… Kalau hanya berhenti dalam hati, itu cinta yang lemah dan tidak berdaya. Kalau hanya berhenti dalam kata, itu cinta yang disertai kepalsuan dan tidak nyata… Kalau cinta sudah terurai jadi laku, cinta itu sempurna seperti pohon; akarnya terhujam dalam hati, batangnya tegak dalam kata, buahnya menjumbai dalam laku. Persis seperti iman, terpatri dalam hati, terucap dalam lisan, dan dibuktikan oleh amal.
Semakin dalam kita merenungi makna cinta, semakn kita temukan fakta besar ini, bahwa cinta kuat ketika ia datang dari pribadi yang kuat, bahwa integritas cinta hanya mungkin lahir dari pribadi yang juga punya integritas. Karena cinta adalah keinginan baik kepada orang yang kita cintai yang harus menampak setiap saat sepanjang kebersamaan.

Rahasia dari sebuah hubungan yang sukses bertahan dalam waktu lama adalah pembuktian cinta terus menerus. Yang dilakukan para pencinta sejati disini adalah memberi tanpa henti. Hubungan bertahan lama bukan karena perasaan cinta yang bersemi dalam hati, tapi karena kebaikan tiada henti yang dihasilkan oleh perasaan cinta itu. Seperti lelaki itu, yang terus membahagiakan istrinya, begitu ia memutuskan untuk mencintainya. Dan istrinya, yang terus menerus melahirkan kebajikan dari cinta tanpa henti. Cinta yang tidak terurai jadi laku adalah jawaban atas angka-angka perceraian yang semakin menganga lebar dalam masyarakat kita.
Tidak mudah memang menemukan cinta yang ini. Tapi harus begitulah cinta, seperti kata Imam Syafii,
wassalam .. semoga bermanfaat.

management waktu

Apa pendapat anda tentang "waktu", suatu anugerah atau justru pengekang hidup? Tuhan menganugerahi waktu 24 jam sehari bagi setiap orang untuk beraktivitas dan menikmati hidup. Sudah cukupkah ? Apakah kita sering merasa kekurangan waktu, bahkan seolah-olah hidup kita begitu dikendalikan oleh waktu ?

Ketika jam weker berbunyi, kita harus segera bangun dan bersiap ke sekolah, jika tidak, kita akan terlambat, padahal mata masih terasa berat dan tubuh masih ingin menikmati kasur yang empuk. Kita harus bekerja keras untuk menyelesaikan setumpuk tugas-tugas, karena deadline waktu yang tidak boleh kita langgar. Kita harus menghafal banyak bahan pelajaran karena tiba waktu untuk ulangan. Bahkan kita harus mulai kuliah, kerja, menikah, pensiun, dan sebagainya, karena sudah tiba waktu untuk semua itu. Jadi sebenarnya seberapa 'berkuasanya' waktu itu ?
Waktu dapat menjadi pengekang hidup, jika kita membiarkan diri dikendalikan olehnya, tapi waktu menjadi suatu anugerah, jika kita mampu mengendalikan dan mengelolanya dengan bijaksana serta melihatnya sebagai kesempatan untuk mengalami hal-hal yang bermakna. Jadi, kita yang memegang kendali atas waktu, bukan waktu yang mengendalikan kita.
Sudahkah anda membuat waktu anda bermakna ?Sebelum membahas lebih jauh tentang manajemen waktu, kita perlu memahami dua pengertian tentang waktu, yaitu sebagai kronos dan kairos. Kronos adalah waktu-waktu yang kita jalani, misalnya Senin, Selasa, sehari, sebulan, setahun. Seringkali kita menggunakannya pada istilah kronologis. Sedangkan kairos adalah waktu yang bermakna bagi kita. Dari usia 0 tahun hingga 17 tahun kita menjalani kronos, tapi dalam kurun waktu itu pasti ada saat-saat penting yang membawa kesan tersendiri bagi kita, misalnya saat pertama masuk sekolah, saat bertengkar dengan sahabat, saat pertama kali jatuh cinta, saat gagal di ujian, saat menjadi juara di pertandingan olahraga. Bagaimana reaksi kita pada saat itu dan bagaimana kita menghadapinya ? Pelajaran apa yang kita peroleh dari peristiwa itu ? Itulah kairos, saat-saat bermakna dalam perjalanan hidup yang membentuk karakter diri kita.

Kairos tidak harus berupa peristiwa besar, mungkin hanya peristiwa kecil / sepele, tapi yang penting kita bisa belajar sesuatu dari peristiwa itu. Intinya, marilah kita belajar peka untuk melihat makna dibalik peristiwa. Ada perbedaan besar antara orang yang hanya sekedar menjalani kronos dengan orang yang mampu melihat kairos-kairos dalam hidupnya.
Orang yang mampu memahami waktu sebagai kairos, melihat hidup sebagai kesempatan , bukan sekedar hidup yang dijalani begitu saja tanpa makna. Kesempatan untuk mengalami suka dan duka, sukses dan gagal, yang memproses diri kita menjadi pribadi yang matang dan tangguh. Kesempatan untuk mengisi hidup ini dengan banyak hal yang bermakna..
Kita masuk perguruan tinggi selama 4 atau 5 tahun, apakah hanya untuk mendapat gelar sarjana ? Harus lebih dari itu, waktu-waktu itu akan menjadi kesempatan untuk meraih kairos-kairos. Kesulitan ketika belajar, kegagalan di ujian, pertemuan dengan orang serta lingkungan yang baru, adalah kesempatan untuk belajar menjadi pribadi yang lebih ulet, lebih punya kontrol diri, lebih mampu menyesuaikan diri dan sebagainya. Sudahkah anda mengubah kronos menjadi kairos ?

Memanajemen waktu dengan tepatJika kita memahami waktu sebagai kairos, kita akan menyadari bahwa waktu itu begitu berharga. Mungkin ada banyak hal yang ingin kita lakukan dan kita alami dalam hidup ini, bagaimana cara mengaturnya ?
Ada 3 hal yang harus kita miliki: a goal - a plan - take action

A. goal ( tujuan )Apa tujuan yang ingin kita capai dalam hidup ini ? Mengapa kita ingin mencapai itu ? Masing-masing orang tentu berbeda, tapi setiap orang harus punya. Ini penting, karena banyak orang yang menjalani hari-hari hidupnya tanpa tahu untuk apa ia hidup, mau ke mana ia menuju.
Hidup menjadi seperti petualangan tanpa arah atau hanya sebuah rutinitas. Padahal hidup adalah sebuah perjalanan yang perlu direncanakan dengan baik. Jika anda belum menemukan tujuan hidup anda, ambillah waktu untuk menggumulkan hal itu. Bila perlu mintalah bantuan pada orang yang mampu membimbing anda. Ini adalah langkah awal yang penting. Jangan di hari tua kita baru menyesal " Mengapa aku tidak menata hidupku sejak muda " atau kita baru menyadari " Mengapa hidupku jadi begini ? " Tentu di saat itu semuanya sudah terlambat.

Setelah kita tahu apa yang ingin kita capai dalam hidup ( ini adalah tujuan jangka panjang ), kita dapat melanjutkannya dengan membuat tujuan-tujuan atau target-target jangka pendek, sebagai langkah untuk mencapai tujuan akhir. Target untuk 5 tahun mendatang, target tahun ini, target semester ini, bahkan target hari ini. Tujuan/target bisa lebih dari satu, misalnya target dalam bidang studi, pekerjaan, spiritual, dan sebagainya. Buatlah target yang realistis ( sesuai kemampuan ) dan konkrit. Bila perlu tulislah pada kertas/buku catatan anda.

A plan ( rencana )" If you fail to plan, you plan to fail." Pernyataan ini menunjukkan betapa pentingnya sebuah perencanaan. Jika kita sudah punya tujuan/target yang jelas, kita dapat merencanakan langkah dan cara untuk mencapai hal itu. Beberapa langkah yang dapat kita lakukan adalah :

-Mengatur aktivitasEvaluasi kembali aktivitas-aktivitas yang biasa kita lakukan selama ini. Dari sekian banyak aktivitas yang ada, pilihlah mana yang perlu dilakukan, mana yang tidak. Apa aktivitas yang lebih baik kita lakukan di waktu luang, misalnya: apakah kita sering memboroskan waktu untuk nonton VCD atau jalan-jalan ke Mall ? Apakah ada kegiatan yang lebih bermanfaat yang dapat kita lakukan ? Mungkin belajar bahasa Inggris, jika ternyata kita punya tujuan menjadi ahli komputer sedangkan kemampuan bahasa Inggris kita masih kurang. Jadi kita men-seleksi aktivitas dalam rangka mencapai tujuan yang sudah kita targetkan.

-Menentukan prioritasDari sekian banyak aktivitas yang sudah kita seleksi, terkadang kita masih ingin melakukan banyak hal : kuliah, les Inggris, les musik, olahraga, kumpul dengan teman-teman, ikut organisasi atau pelayanan, bekerja paruh waktu, dan sebagainya. Jika kita ingin melakukan semuanya, mungkin bisa, tapi hasilnya belum tentu optimal, dan bisa jadi yang terpenting justru terabaikan. Misalnya: karena terlalu asyik berorganisasi, kuliah jadi terlantar. Kita harus menentukan aktivitas-aktivitas yang harus mendapat prioritas utama, dan aktivitas-aktivitas yang boleh kita lakukan, namun pada porsi yang tepat. Sebagai contoh: olahraga itu penting, kita perlu menyediakan waktu untuk itu, tapi tidak perlu menjadi prioritas utama, jika tujuan kita bukan untuk menjadi seorang atlit. Jika suatu saat kita dihadapkan pada dua pilihan, misalnya sore ini harus kerja kelompok padahal bersamaan dengan jadwal main basket dengan teman-teman. Kita bisa menentukan mana yang harus kita dahulukan, karena kita tahu apa prioritas kita.

-Membuat rencana yang realistisJika kita sudah menentukan target yang realistis, maka kita juga perlu membuat rencana yang realistis. Misalkan dalam semester pertama kita punya target untuk mencapai IP di atas 2,5, kita membuat rencana agar target itu tercapai. Kita membuat jadwal belajar secara teratur, berapa jam sehari, kapan waktu yang terbaik, dan sebagainya. Buatlah semua itu secara realistis, sehingga kita dapat sungguh-sungguh melaksanakannya.

-Melaksanakan rencana secara fleksibelTerkadang rencana yang sudah kita buat, terganggu oleh hal-hal yang tidak terduga. Misalkan nanti malam adalah jadwal kita belajar, tapi ternyata ada acara penting yang harus kita hadiri. Jika acara itu memang penting dan tidak dapat ditunda, batalkan jadwal belajar dan carilah waktu pengganti. Tapi perlu diwaspadai, jangan suka mengubah rencana karena tergoda dengan hal-hal yang kurang penting. Jika ada kegiatan di luar rencana yang ingin kita lakukan, aturlah waktu sehingga hal yang penting tetap dapat kita laksanakan.

-Membuat agenda harianMempunyai jadwal kegiatan harian akan sangat membantu kita untuk memanajemen waktu yang kita miliki setiap hari, namun tidak semua orang mau membuatnya secara detil. Paling tidak kita harus mencatat hal-hal penting yang harus kita lakukan di agenda harian, sehingga di pagi hari kita sudah tahu apa yang harus kita lakukan pada hari itu dan bagaimana cara kita mengatur waktu untuk menyelesaikan semuanya. Target jangka panjang akan tercapai jika kita mampu mendisiplin diri untuk menyelesaikan target-target harian.
Take action ( bertindak )Lakukan apa yang sudah direncanakan! Jika tidak, semua target dan rencana yang kita buat tidak punya arti apa-apa. Beberapa hal yang harus kita waspadai :

-Jika 'penyakit' malas menyerang" Saya lagi nggak mood "; " Waktunya nggak pas buat belajar " dan sebagainya.

-Kebiasaan menunda pekerjaan" Besok masih ada waktu kok "; " Sebentar lagi ah "; " Ujiannya kan masih minggu depan "

-Tidak mampu mendisiplin diri sendiriKalau sudah terlanjur nonton televisi atau main game, lupa segalanya
-Tidak berani berkata "tidak"'Sungkan' menolak teman yang tiba-tiba mengajak keluar atau ngobrol lewat telepon

Kemampuan memanajemen waktu berkaitan erat dengan kebiasaan kita sehari-hari. Jika kita sudah terbiasa hidup tanpa planning, atau terbiasa menunda-nunda sesuatu, akan sangat sulit mendisiplin diri dengan jadwal waktu yang terencana. Mengubah kebiasaan adalah hal yang sulit, namun kesuksesan diraih dengan kemauan dan keberanian untuk berubah. Berubah ke arah yang lebih baik dari hari ke hari, terutama dalam hal manajemen waktu.